Rabu, November 26, 2008

Perkembangan buah hatiku






Sudah lama tak bercerita mengenai buah hatiku.
Yang pasti aku ingin berbagi, bagaimana ekspresinya

Bagaimana dia menyambutku saat aku pulang kerja,
bagaimana dia menatapku saat aku berangkat kerja..

Yah...
Inilah hidup...
hidup untuk survive..
untuk buah hatiku tersayang.

Label:

Hari Guru

Baru sadar setelah membaca surat kabar, ternyata kemarin adalah hari guru. Jatuhnya tepat tanggal 25 November. Mengapa saya tertarik mengenai hari guru, karena ibu saya adalah seorang guru.



Saya ingat betul, bagaimana ibu saya, sebagai seorang guru, menyekolahkan saya seorang diri (karena ayah saya sudah almarhum sejak saya kelas 4 SD). Betapa beliau betul-betul berusaha memberikan pendidikan terbaik buat saya. Mulai SD, SMP, SMU, sampai dengan duduk di bangku kuliah. Kalau di flash back lagi, bisa berlembar-lembar ceritanya.. :D
Beliau merupakan sosok guru yang bisa dibilang mempunyai disiplin yang tinggi, namun juga humoris. Beliau mengajar disebuah Sekolah Dasar Negeri yang ada di Surabaya.


Sejak pemerintah memberi signal agar guru terus meningkatkan kualitas kerjanya, ibu saya mengambil kuliah S-1. Itupun saya melihat betapa ibu seperti dipaksa, demi mengejar yang namanya kualifikasi. Kalau boleh jujur, saya kasihan, karena disaat usianya memasuki kepala 4, beliau masih harus bersekolah (bukan mengajar melainkan yang diberi pelajaran). Tapi yang namanya menimba ilmu memang tidak mengenal usia.

Belum lagi tahun lalu, beliau mengikuti program sertifikasi untuk angkatan 2006 dan karena kurang memenuhi criteria, akhirnya beliau mengikuti Diklat. Tapi mana, sampai sekarang pun belum ada pemenuhan janjinya, yang terucap hanya janji-janji manis semata. Saya kasihan, ibu sampai bolak-balik harus ngurus ini lah, itulah, ngga tahu kurang syarat apa lagi…
Ada pengalaman seputar diklat.. salah seorang teman ibu saya (kenalnya juga pas diklat), gara-gara “njagak’ke” tunjangan professional –dan ngga cair-cair, sampai akhirnya meninggal (mungkin karena sakit, tapi mikir kan juga penyakit :D)

Mudah-mudahan dengan ulang tahunnya saat ini, para guru menjadi lebih berkualitas. Juga pemerintah lebih memperhatikan nasib para guru khususnya guru Bantu dan lebih khusus lagi yang mengabdikan hidupnya di pelosok-pelosok desa dan tempat yang terpencil. Semoga.

Label:

Jumat, November 21, 2008

Waspadai Longsor

Pergantian musim telah datang. Cuaca sekarang cenderung dingin. Hujan mulai turun. Apalagi belakangan, hujan angin mulai sering terjadi. Bagi saya, keadaan tersebut cukup mengkhawatirkan.

Belum lagi kondisi banjir dan genangan air di sepanjang jalan, bagi saya - si pemakai roda dua - cukup merepotkan.



Pagi ini, pukul 5, ada telepon dari keluarga rewang saya. Daerah Trenggalek longsor. Wah cemas, pasti...Bagaimana tidak. Waktu saya berkunjung ke daerah Trenggalek, tepatnya di rumah rewang saya, rumahnya terletak persis di sebelah bukit, dan bisa dibilang memang merupakan kawasan yang rawan longsor.

Nah, pagi tadi, keluarganya mengabarkan, kalau rumahnya kelongsoran....
Waduh..... tidak bisa saya bayangkan bagaimana stressnya...
Maunya ngasih ijin pulang, tapi ..... saya juga ngga bisa cuti untuk menjaga anak saya...sabar ya De...... itulah yang bisa saya sampaikan. Mungkin kalau pas weekend, bisalah, karena saya libur.
yah... saya hanya bisa berdoa, mudah-mudahan tidak terlalu parah kerusakan yang ditimbulkan.

Bagi rekan-rekan yang lain, tetap waspada, jangan lupa, hanya bisa menghimbau biasakan buang sampah pada tempatnya ya... biar banjirnya ngga tambah parah. Jangan lupa perhatikan pula saluran airnya, jangan sampai tersumbat. Waspadai pula berbagai macam penyakit yang menyertainya, demam berdarah, diare, muntaber, dan juga flu.


Label: ,

Kamis, November 20, 2008

Sudahkah ber-NPWP??

Baru-baru ini di kantor, ada sosialisasi mengenai NPWP? Sebagai orang awam, yang kutahu NPWP itu hanyalah Nomor Pokok Wajib Pajak. Namun implementasi dari itu apa dan bagaimana, saya belum paham benar. Oleh karenanya dengan semangat 45, kuikuti sosialisasi NPWP.

Wah ternyata…………….

Sebagai orang yang taat pajak, memang seharusnya kita memiliki NPWP.. kalau tidak taat, apa kata dunia…….???
Mungkin masih ingat, bagaimana Dinas Pajak membuat iklan yang mudah dimengerti olah orang awam pajak. Terus terang saja, bagi saya, pajak masih momok. Dalam pikiran saya, yang namanya orang pajak itu menakutkan. Apalagi, saya sangat awam sekali dengan peraturan perpajakan.

Berangkat dari himbauan untuk pembuatan NPWP tersebut, di kantor mulai terlihat kesibukan baru, yaitu pembuatan NPWP. Mulai dari office boy, sopir, karyawan seperti saya, apalagi manager saya.. :D

Namun benarkah peraturan baru ini bisa menjadi mutualisme..? Ataukah hanya jebakan semata?

Memang sekarang masih was-was, ada perasaan kehidupan pribadi bakal diobok-obok, tidak ada kebebasan lagi (karena harus bener-bener terarsip dengan baik jika ada pemeriksaan dapat menunjukkan bukti-bukti yang akurat)

Kita sebagai warga Negara yang baik memang wajib memiliki Nomer Pokok Wajib Pajak tersebut. Terlepas apakah nantinya memberikan efek positif atau justru jadi bumerang. Sudah sepantasnya juga kita mensupport langkah yang sudah dilakukan Dinas Pajak.
Bagaimana jika kita tidak memiliki NPWP? Dikatakan disana yang pasti kita akan dikenakan Pajak lebih tinggi dari yang tidak punya NPWP. Jika keluar negeri pun katanya harus ber-NPWP (nah lho..)

Bagaimana pula dengan Sunset Policy yang diadakan Dinas Pajak.. (wah, apalagi nich sunset policy)
Yang saya tahu, tapi belum paham, sunset policy itu merupakan fasilitas pengampunan berupa bunga atas kekurangan pembayara pajak dimana Sunset Policy berlaku untuk satu tahun perpajakan. Pada acara sosialisasi tersebut dijelaskan, kita harus mengambil kesempatan ini, karena pada momen ini, segala kekhilafan kita akan dimaafkan :D JADI TUNGGU APA LAGI, bagi yang belum memiliki NPWP, hayo rame-rame ke KPP (sesuai domisili masing-masing) dan hayo memanfaatkan SUNSET POLICY...
(tapi maaf ya... sssttt.. yang nulis juga belum ngurus NPWP & jangan dilaporin lho ya... :D )

Label: ,

Selasa, November 18, 2008

Preman: Gaya Hidup & Kebutuhan

Setelah mendengar kata preman, yang terbersit pertama kali adalah seorang jagoan, seorang bertubuh kekar dan penuh tato. Dan cenderung - maaf - identik dengan pengangguran, peminum, dan serentetan makna negatif lainnya. Namun, benarkah preman demikian? Bagaimana sebutan preman bisa melekat pada seseorang?


Rasa aman itu mahal...
Mungkin itulah yang didapati sebelum gebrakan Kapolri beberapa waktu yang lalu.Gebrakan yang dilakukan kapolri tersebut dapat dibilang sebagai suatu kemajuan. Bagaimana tidak. Selama ini polisi dianggap tidak berdaya jika berhubungan dengan preman. Ketidak berdayaan tersebut tercermin jika ada tindak kejahatan - di jalan misalnya - polisi seringkali tidak bisa berbuat banyak hal. Tapi katanya ada pula preman yg juga menjadi partner atau rekan kerja para polisi,misalnya dalam mencari atau memburu target operasinya yang lebih lazim disebut SP.

Disisi lain, terkadang kehadiran para preman juga sangat kita butuhkan dalam kehidupan kita,untuk pengawalan atau penjaga kita pada saat kita mempunyai banyak harta benda. yah itung -itung kita anggap pengawal pribadi lah.

Secara umum, memang preman identik dengan adanya tindak kekerasan dan menimbulkan suatu keresahan. Itulah mengapa sebagai orang awam yang tidak memiliki bekal ilmu bela diri, sangatlah lega rasanya apabila preman (dalam arti negatif) bisa dibina menjadi suatu pribadi yang menyenangkan (tapi apakah namanya masih preman ya bila menyenangkan h ehhehe hhe)

Mudah-mudahan upaya aparat berbaju coklat itu bisa membuahkan hasil yang signifikan. Timbul pula rasa aman pada masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya.


Label: ,

Sabtu, November 08, 2008

Beranikah Engkau Bermimpi Besar

Sudah sepekan tidak memposting apapun, hanya melihat, siapakah yang mengunjungi blog kesayanganku ini.. :D

Banyak sebenarnya yang ingin kutulis, mulai dari kasus trio bom bali, Pilkada 4 November di Jatim, sampai The Next President AS, tapi apa daya, kesibukanku sebagai orang kantoran, membuatku hanya bisa mengemasnya sebagai sebuah ide.

Memang tidak ada kata terlambat, namun semangatnya sudah beda pada saat hendak menulis.

Namun, semangat yang satu ini jelas beda
Dimana letak bedanya..?


Yah.. tentang yang satu ini tentu semuanya sependapat bahwa kita tetu semangat ketika ketika kita membicarakan mimpi kita.Apalagi Mimpi itu Gratis alias tidak dipungut biaya...

Yang menjadi pertanyaan, beranikah kita bermimpi Besar..?
Atau kita takut nantinya hanya akan menjadi pemimpi besar..?

Sebesar apa mimpi kita, jika tidak didorong dengan motivasi untuk mencapainya, tentunya akan menjadi sebuah mimpi yang tak kesampaian,
Banyak orang yang berhenti sebelum meraih mimpi-mimpinya, mengapa..

Ya.. tentu saja (apalagi untuk mimpi yang besar)pastilah tidak semulus yang dibayangkan.
Tadi pagi saya membaca sebuah surat kabar tentang Krisdayanti. Disana disebutkan bahwa Krisdayanti rajin mengejar mimpi-mimpinya. Mengejar mimpi digambarkan KD seperti mendaki sebuah gunung, saat tiba dipuncak Gunung, kita menyadari bahwa masih banyak gunung yang belum kita daki. Bagaimana dengan kita?

yah, ternyata mimpi saja tidak cukup, tanpa motivasi yang kuat,dan salah satu komentar dari pak anang yb yang menyatakan bahwa Mimpi saja tak cukup untuk memacu motivasi kita. Kawan dan teman curhat kadang kita perlukan saat semangat mulai kendur..:D

Saya jadi ingat pada sebuah cerita mengenai Jejak Kaki. Itulah yang menjadi kekuatan dan pendongkrak motivasi saya, bahwa memang Yang Maha Kuasa tidak menjanjikan kita akan terhindar dari kesulitan, namun yang dijanjikan adalah kekuatan untuk menghadapi kesulitan.

Jadi, bagaimana dengan Mimpimu, berapa banyak dan seberapa tinggi kamu telah bermimpi, dan berapa banyak kamu telah jatuh untuk menggapai mimpimu..?
Sudah siapkah Engkau meraih mimpi-mimpimu..?

Label: , ,

Sabtu, November 01, 2008

Sebuah renungan sederhana

Jumat kemarin, spidol saya terjatuh tepat dibawah kursi saya..
sembari duduk, saya mencarinya, sangat lama untuk ukuran jatuh dibawah kursi sendiri

namun apa yang terjadi??


saya tidak dapat menemukannya
meskipun saya membungkuk sambil tangan saya meraba-raba mencari ke sekitar,
saya memakai kaki untuk menelusurinya sejauh kaki saya bisa mencari
tetap saja spidol itu belum ketemu
padahal saya yakin, tempatnya dibawah kursi

karena tidak ketemu juga,
saya bangkit berdiri, saya menjauh dari kursi, dan akhirnya..
mendapati sebuah spidol yang sejak tadi saya cari

Mungkin itu pelajaran simpel saja
Namun bagi saya, artinya sangat mendalam
bagi saya...

jika kita mengalami sesuatu, misalnya masalah,
kita cenderung mencari kesalahan itu
entah didalam diri, entah orang lain
kadang saya juga sering meratapi, mengapa begini
mengapa begitu

ternyata ...
kita harus melihat dari lingkup yang lebih luas,,
wawasan kita harus terbuka,
sehingga kita bisa melihat, apa yang sebenarnya kita cari
apa yang sebenarnya menjadi batu sandungan

yah simple saja sebenarnya kejadiannya,
tapi entah mengapa saat itu begitu mengena buat saya

bagaimana dengan anda..
peristiwa apa yang menginspirasi anda ..



Label: , ,