Selasa, November 18, 2008

Preman: Gaya Hidup & Kebutuhan

Setelah mendengar kata preman, yang terbersit pertama kali adalah seorang jagoan, seorang bertubuh kekar dan penuh tato. Dan cenderung - maaf - identik dengan pengangguran, peminum, dan serentetan makna negatif lainnya. Namun, benarkah preman demikian? Bagaimana sebutan preman bisa melekat pada seseorang?


Rasa aman itu mahal...
Mungkin itulah yang didapati sebelum gebrakan Kapolri beberapa waktu yang lalu.Gebrakan yang dilakukan kapolri tersebut dapat dibilang sebagai suatu kemajuan. Bagaimana tidak. Selama ini polisi dianggap tidak berdaya jika berhubungan dengan preman. Ketidak berdayaan tersebut tercermin jika ada tindak kejahatan - di jalan misalnya - polisi seringkali tidak bisa berbuat banyak hal. Tapi katanya ada pula preman yg juga menjadi partner atau rekan kerja para polisi,misalnya dalam mencari atau memburu target operasinya yang lebih lazim disebut SP.

Disisi lain, terkadang kehadiran para preman juga sangat kita butuhkan dalam kehidupan kita,untuk pengawalan atau penjaga kita pada saat kita mempunyai banyak harta benda. yah itung -itung kita anggap pengawal pribadi lah.

Secara umum, memang preman identik dengan adanya tindak kekerasan dan menimbulkan suatu keresahan. Itulah mengapa sebagai orang awam yang tidak memiliki bekal ilmu bela diri, sangatlah lega rasanya apabila preman (dalam arti negatif) bisa dibina menjadi suatu pribadi yang menyenangkan (tapi apakah namanya masih preman ya bila menyenangkan h ehhehe hhe)

Mudah-mudahan upaya aparat berbaju coklat itu bisa membuahkan hasil yang signifikan. Timbul pula rasa aman pada masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya.


Label: ,