Minggu, Agustus 03, 2008

Terima kasih buat Pak Penjaga Parkir Ruko

Belakangan ini aku sibuk karena sebuah kecerobohanku, yaitu mencari Kartuku yang hilang.
Tapi tak kunjung ketemu. Asumsi-asumsi mulai muncul, mengapa bisa begini, mengapa bisa begitu. Dan seperti biasa motoku kalau tidak ketemu terus... ah, nanti juga ketemu.

Seminggu kemudian tetap saja tak ketemu. Pas pagi ini aku mengambil kue untuk keperluan meeting, pak penjaga parkir bertanya padaku," mbak kapan hari kartunya jatuh, itu apa masih dipakai.." Deg... what...kartuku jatuh di ruko tanpa aku sadari..

Jarang-jarang aku pergi kepasar (meskipun dekat rumah).
Hari gini gitu loh...Ternyata ada saja orang yang baik hati .
Andaikan penjaga parkir itu memakai kartuku, bukan salah dia juga.

Terima kasih pak penjaga parkir.

Label: ,

Bekerja dengan hati VS bekerja dengan emosi

Kita merupakan bagian kecil dari sebuah sistem. Ada banyak benturan antara sistem, idealisme diri, dan realitas. Kompleksitas inilah yang mencuat padaku setahun ini.
Pada saat dihadapkan pada sebuah realita, sekarang, aku seorang ibu dan pilihanku adalah seorang ibu yang bekerja.

Entah dikatakan suatu prestasi atau bukan, selesai cuti, aku harus siap dengan kenyataan, aku harus pulang malam dan membagi waktuku dengan si kecil. Sungguh,hal yang sulit aku lakukan. Tapi bukan aku, jika tidak bisa menjalani.

Lambat laun aku mulai bertanya, untuk siapa aku bekerja, apa motivasi terbesarku. Sempat juga tersirat.. akhhh rasanya sudah tidak kuat lagi nich.. mending jadi ibu rumah tangga saja dech.. :) But sekali lagi, idealisme masa kuliahku mencuat lagi; ini kan yang aku cari..ini kan yang aku mau...

Idealisme bagiku sama sekali berbeda dengan realitas..

Aku sampai ingat, kapan terakhir kali aku membersihkan rumah, kapan aku memasak buat suami, kapan aku terakhir menemani ibuku ke dokter.. hanya karena menuruti realitas hidup. Tapi sebenarnya, realitas hidup ini bisa kita atur; dan katanya, kita adalah manusia -yang sekali lagi katanya memiliki kehendak bebas.

But, bagaimana kehendak bebas itu bagiku sangat berbenturan dengan sistem.

Bagaimana menyikapi bahwa aku adalah seorang ibu dengan pekerjaan yang mengharuskanku untuk pulang malam. Sulitnya menembus sistem. Ingin keluar dari sistem itu, namun untuk saat ini belum bisa...

Entah, aku menulis ini juntrungannya kemana.. ingin to the point..namun tidak semuanya bisa dituangkan disini.

Yang terpenting.. bagaiman kita bisa memaknai karya kita dengan hati, bukan dengan emosi. Hati yang tenang akan menunjukkan bagaimana kita seharusnya bertindak. tapi jujur saja, mungkin sekarang aku ingin bekerja dengan hatiku... setelah keluar dari situasi yang membuatku merasa mengapa cepat sekali emosiku meledak-ledak :) h ehheh he

Dan yang mau aku utarakan saat ini:
- Berkaryalah selagi bisa
- Ini tetap berlaku: skala prioritas itu perlu
- Bangun network
- Jangan menyepelekan hal-hal kecil
- Dimanapun kita ditempatkan, syukurilah (rumput tetangga mesti lebih hijau bukan??)

Label: , ,